Eef Aepudin, Pemuda Pelosok Desa yang Tak Pernah Lelah Mengabdi dan Berjuang
Pandeglang, Bantensuara.Com — Di tengah kesederhanaan hidup di pelosok desa, Eef Aepudin, pria kelahiran 1995 asal Desa Montor, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, menjadi sosok inspiratif bagi banyak orang. Meski hanya berstatus sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Malnu Bangko, Kecamatan Cikedal, sejak tahun 2022, semangatnya untuk mengabdi dan mencerdaskan anak bangsa tidak pernah surut.
Terlahir dari keluarga petani sederhana dan menjadi anak ketiga dari empat bersaudara, Eef tumbuh dengan nilai-nilai kerja keras dan keikhlasan.
“Saya hanya ingin bermanfaat untuk orang lain, terutama anak-anak di desa. Mengajar bagi saya adalah jalan pengabdian,” ujar Eef dengan penuh ketulusan. (14/10).
Selain mengajar, Eef Juga Pernah Aktif Sebagai Penyelenggara Pengawas Pemilu Kec. Pagelaran dan dikenal aktif berorganisasi. Ia pernah menjadi bagian dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pandeglang, tempat ia belajar tentang kepemimpinan, solidaritas, dan perjuangan sosial. Kini, semangat itu ia lanjutkan melalui kiprahnya di Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Pandeglang, organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU).

Eef Aepudin Bersama Adam Ma'arifat (Ketua GP Ansor Banten).
“Organisasi mengajarkan saya arti tanggung jawab dan keikhlasan dalam bekerja. Itu yang saya terapkan di dunia pendidikan,” ucapnya.
Sebagai guru, Eef dikenal ceria, dekat dengan murid, namun tetap tegas dan disiplin dalam waktu. Ia berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak-anak merasa nyaman dan semangat menimba ilmu. “Anak-anak harus bahagia dulu, baru bisa fokus belajar,” katanya sambil tersenyum.
Meskipun penghasilannya sebagai tenaga honorer tidak besar, Eef tetap menjalani profesinya dengan penuh semangat.
“Rezeki itu urusan Allah. Saya hanya berusaha sebaik mungkin dan berharap bisa menjadi ASN atau P3K suatu saat nanti,” ujarnya.

Eef Aepudin Saat Bersama Siswa
Bagi murid-muridnya, Eef bukan sekadar guru. Muhammad Fajri, salah satu siswa MI Malnu Bangko, mengatakan,
“Bapak Eef itu bukan cuma guru, tapi juga teman bermain. Beliau sabar dan selalu membuat kami semangat belajar.”
Tak hanya bagi murid, bagi teman-temannya pun Eef dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan mudah bergaul. Moh Hilman, salah satu sahabat dekatnya, menuturkan,
“Eef itu sosok sahabat terbaik. Selalu siap membantu, nggak pernah ngeluh, dan bisa diajak diskusi apa saja. Dia orang yang tulus dan konsisten dalam perjuangan.”
Kisah Eef Aepudin adalah potret nyata perjuangan guru honorer di pelosok negeri—mereka yang tetap teguh berdiri di garis depan pendidikan meski dalam keterbatasan. Dengan keikhlasan, semangat, dan pengabdian tanpa pamrih, sosok seperti Eef membuktikan bahwa menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati untuk mencerdaskan generasi bangsa. (Red).

Zek Permana 













